Akomodasi selama solo travelling merupakan salah satu faktor yang bikin kita jiper-jiper sedap. Ada rasa takut, tapi excited juga untuk petualangan baru.

Berikut tips dari pengalaman pribadi gw untuk teman-teman yang mau memilih akomodasi selama trip solo travelling.
Siap-Siap Jika Kamar Tidak Tersedia
Kalo kita punya satu kesamaan sebagai orang Indonesia, kemungkinan besar aplikasi yang dipakai untuk booking pesawat dan hotel adalah Traveloka atau Tiket.com.

Tapi kalo misalnya kita solo travelling ke luar negeri dan book pakai kedua aplikasi ini, ada kemungkinan kita akan menghadapi masalah akomodasi, terutama di ketersediaan kamar.
Sewaktu gw ke Kuala Lumpur, gw udah booking shared bed di salah satu hostel. Tapi begitu gw tunjukkin kalo bookingan pakai Traveloka (karena harganya paling murah dibandingkan Agoda dan Booking), pesananan gw tidak masuk ke dalam sistem. Ditambah, orang resepsionisnya gak tau juga Traveloka itu aplikasi legit atau bukan, karena mereka terbiasa pake Agoda atau Booking.
Sepengertian gw, penyebab utamanya adalah properti tersebut masuk list di Traveloka tapi sistem ketersediaan kamarnya belum terintegrasi.

Hotel Management System yang gw maksud di atas merupakan perusahaan lain / third-party partner yang mengatur ketersediaan kamar. Jika hotel tersebut memiliki tiga kamar kosong yang dipasarkan di Agoda, Booking dan Traveloka. Kemudian, satu kamar terjual di Agoda, ketersediaan kamar akan langsung menjadi dua di Agoda, Booking, dan Traveloka.
Beruntung waktu gw ke Kuala Lumpur ada kasur kosong yang bisa gw tempatin dengan alokasi manual. Bayangin kalo sampe gak ada, kemungkinan besar kita yang gak dapet kasur karena masalah sistem tidak terintegrasi dan kamar yang ada sudah penuh.
Saran gw kalo misalnya mau solo travelling ke luar negeri, lebih baik gunakan Agoda atau Booking untuk booking akomodasi karena lebih mudah diterima dari sisi Hotel. Misalnya tetap pakai aplikasi di luar Agoda atau Booking itu, ada baiknya memastikan ke pihak hotel atau CS OTA (online travel agent) bahwa kamar benar-benar ready setelah melakukan pembayaran.
Fleksibel Memilih Durasi Bermalam
Kilas balik ke solo travelling ke Kuala Lumpur, gw mencari akomodasi untuk tinggal di daerah Bangsar (awas typo cuy!) biar deket ke kantor. Berawal dari work trip yang dibayarin oleh perusahaan, gw extend trip nya untuk kerja di kantor Kuala Lumpur, Malaysia dengan biaya sendiri.
Pilihan akomodasi pun beralih ke harga budget dengan mindset tekan harga serendah mungkin. Buat kalian yang familiar dengan konsep berikut, tos dulu karena kita satu prinsip 🙌

Dengan memegang teguh prinsip di atas dan tidak mau ribet, gw langsung book 10 malam bersamaan. Tanpa hitung panjang lebar kalo harga yang dibayarkan lebih murah. Pokoknya makin banyak, makin murah!

Tapi ternyata ga sampe 10 hari ada kamar kosong di unit apartment coworker gw. Karena ditawarin, gratis, dan dapat kamar sendiri (kamar yang gw bayar itu shared ber-enam) gw memilih untuk tinggal sama dia walaupun gw masih bayar hostel.

Beralih dari tidur di shared bunk bed ke punya kamar sendiri dengan tidak perlu bayar. SURGA CUY! Emang seenak itu punya kamar sendiri? Sangat. Apalagi di waktu ga harus nahan kentut dan sendawa.
Booking dari Jauh Jauh Hari Belum Tentu Lebih Murah
Sebuah tips berharga yang gw dapat dari Koushik, temen gw orang India yang ketemu dari Solo Trek ke Annapurna Basecamp adalah booking penginapan PALING MURAH sebaiknya dilakukan H-2 sebelum stay. Biar ga dikata no pic = hoax, berikut informasi terupdate yang gw cari.
Dari foto di atas, beda harga kamar bisa sampe 40 ribu. Lumayan banget kan?! Kok bisa? Gw juga ga tau banget kenapa bisa ya, mungkin karena daripada kamarnya kosong, hotel ngasih last minute deal buat kamar-kamar tersebut kali yah.
Prinsip ini juga sebaiknya dilakukan untuk longer term stay di hotel ataupun akomodasi tertentu. Misalnya kita mau stay selama tujuh hari, kalo misalnya terbukti lebih murah, ada baiknya dipecah jadi dua-tiga-dua hari.
Pilih Akomodasi yang Traveller-Friendly
Selama gw solo travelling, rasanya hampir ga pernah bener-bener tinggal di hotel bintang tiga ke atas sebagai pilihan akomodasi. Selain karena harganya mahal (99% faktor utama), gw juga merasakan kurangnya koneksi ke pengurus hotel tersebut. Akomodasi favorit gw selama solo travelling adalah:
- Guesthouse
- Bungalow kalo ke pantai
- Airy / Zen / Oyo / RedDoorz
- Hostel
- AirBnb
Salah satu value yang gw dapat adalah kesempatan untuk bisa kenal dekat dan punya interaksi dengan pemilik ataupun staf akomodasi tersebut. Waktu itu owner dari AirBnb gw adalah pasangan suami istri asal Ho Chi Minh. Setelah ngobrol ini itu, ternyata mereka lagi berusaha jualan ginseng melalui Facebook Ads.
Karena background kerjaan gw adalah ngelakuin Facebook Ads untuk klien, jadilah gw juga bantu mereka secara gratis selama beberapa hari. Maksudnya tanpa pamrih, eh gw malah ditraktir dinner dua kali sama mereka. Ya rezeki lumayan lah ya, sambil kita ngobrol ngobrol tentang budaya orang Vietnam sama orang Indonesia.

Beranikan Diri untuk Negosiasi
“You will find the most beautiful beach of South East Asia in Selong Belanak” – kata Turis Mancanegara ke gw di Puncak Gunung Tambora, NTB. Tergiur omongan bule yang tau negara ini lebih daripada gw yang notabene orang Indonesia, gw meluncur Selong Belanak. Berbekal Google Maps dan penginapan yang gak di riset di internet sama sekali, akhirnya gw pun meluncur ke sana.
Sesampainya di Selong Belanak, gw akhirnya menemukan Selong Belanak Bungalows. Guesthouse yang terdiri dari banyak bungalow dengan harga bersahabat, berlokasi di persis sebrang pantai. Di sana, gw ngomong sama abang yang ngurusin penginapan.




Mencoba peruntungan, gw nyoba nego langsung untuk harga nginepnya. Karena cuman satu malam, gw berhasil menurunkan harga kamar dari 225 ribu per malam jadi 125 ribu. Beberapa poin yang gw omongin adalah:
- Hilangin breakfast
- Karena gw sampe siang sore dan cuman stay satu hari, jadi kan ga bakal stay selama itu juga
- Minta rate orang Indo daripada rate tourist mancanegara (karena biasa harga dipatok di kemampuan ekonomi turis luar)
Hal ini juga berlaku ke poin dimana daripada kamar kosong, mending diisi selagi harganya masih masuk akal.
Berikut adalah tips dan trik gw sewaktu solo travelling. Memang semuanya sifatnya situasional, tapi gw berusaha se-fleksibel mungkin untuk urusan ini karena bisa saja berubah dengan ketemu orang lain atau bagimana.
Semoga tips dan trik ini membantu teman-teman yang ingin mencari akomodasi untuk solo travelling. Jika ada pertanyaan bisa langsung comment di bawah atau email gw aja ya di her[email protected] Stay safe guys!